6 min read
Zoom Fatigue: Pengertian, Gejala, dan Cara Mengatasinya
Pernah merasa sangat lelah karena video meeting padahal hanya beberapa jam? Kalau iya, mungkin kamu mengalami Zoom fatigue. Zoom fatigue bukan hanya saat mata terasa lelah, tetapi juga konsentrasi terpecah, merasa tertekan, hingga rasa tidak nyaman. Apa saja gejalanya? Bagaimana mengatasinya? Simak pembahasannya.
Updated May 21, 2024
Apa itu Zoom fatigue?
Zoom fatigue adalah kelelahan yang dirasakan setelah menggunakan aplikasi video conference, seperti Zoom, untuk waktu lama.
Saat video conference, kamu harus fokus dan melihat layar secara terus menerus, hingga otak harus bekerja lebih keras. Hal ini ternyata bisa membuat kita lebih cepat lelah.
Zoom fatigue tidak hanya terjadi saat melakukan video conference, tapi bisa juga kamu alami saat online meeting.
Penyebab Zoom fatigue
Melansir dari Stanford Report, terdapat beberapa penyebab Zoom fatigue yaitu:
1. Kontak mata dengan layar terlalu lama
Saat meeting tatap muka, kamu bisa santai memerhatikan pembicara, mencatat, atau melirik ke tempat lain.
Beda cerita kalau menggunakan Zoom. Mesti tidak mengucapkan apa-apa, kamu akan merasa semua orang melihatmu terus-terusan.
Hal ini malah bikin kamu jadi takut dan demam panggung.
Ukuran wajah di layar juga jadi salah satu penyebabnya, lho.
Sewaktu berbincang dengan rekan kerja lewat video, kamu akan merasa jarak antara kalian sangat dekat, padahal hanya di depan layar.
Nah, bayangkan kalau ada orang yang berbicara sedekat itu dengan kamu, otak pasti langsung berpikir ini situasi serius.
Oleh karena itu, otak akan bekerja lebih keras, hingga akhirnya membuatmu cepat lelah.
2. Melihat diri sendiri terus menerus
Hampir semua aplikasi video conference memiliki fitur yang menampilkan wajah kita terlihat di kamera selama berbicara.
Sekarang, coba bayangkan, kalau di kehidupan nyata ada orang yang terus menerus mengikuti kamu sambil membawa cermin.
Jadi, setiap kali kamu berbicara dengan orang lain, memberikan pendapat, atau menerima saran, kamu bisa lihat diri sendiri di cermin.
Pasti bakal terasa aneh dan kurang nyaman, kan?
Mengutip penelitian dari Jeremy Bailenson, melihat pantulan wajah secara terus menerus membuat kita lebih kritis dengan diri sendiri.
Banyak studi yang menunjukkan efek negatif secara emosional dari melihat diri sendiri terus menerus. Ini bisa membuat kamu stress.
3. Tubuh tidak leluasa bergerak
Biasanya, kalau mengobrol langsung atau lewat telepon, kita bisa sambil jalan-jalan atau bergerak.
Tapi, sewaktu video meeting, kamu harus tetap diam di satu tempat karena kamera punya batas pandang tertentu. Gerak jadi lebih terbatas.
Menurut penelitian, pikiran seseorang akan lebih baik bila mereka bisa melakukan sesuatu sambil bergerak.
Diam di satu tempat tertentu terus-terusan saat video meeting bisa membuat kamu mengalami Zoom fatigue.
4. Otak bekerja lebih keras
Saat mengobrol tatap muka, semua isyarat tubuh dan sinyal nonverbal itu bisa keluar alami, tanpa harus dipikirkan. Namun, ketika video meeting, otak kamu harus usaha ekstra untuk mengirim dan menangkap sinyal-sinyal itu.
Gejala Zoom fatigue
Muncul pertanyaan, bagaimana kita bisa tahu jika kita mengalami Zoom fatigue?
Kamu bisa mencoba untuk menjawab pertanyaan ini:
- Apakah kamu menghindari, membatalkan, atau menunda meeting via aplikasi video conference?
- Pernahkah kamu merasa super tegang atau sangat lelah setelah video meeting?
Kalau jawabanmu "iya" dan "pernah", hal itu bisa jadi tanda-tanda kamu mengalami burnout karena video meeting.
Tanda-tanda utama burnout ini termasuk:
- Sering lupa dan susah fokus,
- Sulit menjaga hubungan dengan orang terdekat,
- Mudah kesal dengan rekan kerja,
- Gejala fisik, seperti otot tegang, lemas, kelelahan berlebihan, dan insomnia.
Kalau kamu merasakan gejala di atas, mungkin tandanya kamu sedang merasa lelah dan mengalami Zoom fatigue.
Tips mengatasi Zoom fatigue
1. Hindari multitasking
Hindari multitasking dan mengerjakan beberapa pekerjaan sekaligus.
Kita sering berpikir kalau multitasking bisa membuat bekerja lebih efisien, padahal secara teknis manusia tidak dapat multitasking.
Penelitian menunjukkan bahwa ketika kamu multitasking tugas-tugas yang memerlukan upaya kognitif, kamu tidak melakukan dua hal sekaligus. Sebaliknya, kamu melakukan context switching dengan cepat, yang mana otak kita tidak mampu menanganinya dengan baik.
Berdasarkan penelitian dari Cambridge, pekerja yang beralih tugas membutuhkan waktu 50% lebih lama untuk menyelesaikan tugas dan 40% kurang produktif serta kurang memperhatikan apa yang sebenarnya mereka lakukan.
Jadi, kamu bisa fokus ke satu hal terlebih dahulu dan mengerjakan tugas lainnya nanti.
2. Beri waktu jeda
Jika kamu melaksanakan video meeting yang durasinya cukup lama, jika memungkinkan, kamu tidak perlu 100% fokus sepanjang meeting dan usahakan untuk istirahat sejenak.
Kamu bisa mengecilkan jendela video, atau melepas pandangan dari layar komputer beberapa detik secara berkala.
3. Kurangi hal-hal yang mengalihkan perhatian
Kita lebih sering sibuk melihat wajah sendiri saat video meeting, dan lebih sensitif terhadap raut wajah kita sendiri. Sehingga, kita mencoba untuk tampil presentable sepanjang durasi meeting—yang mana hal ini cukup melelahkan.
Oleh karena itu, keputusan untuk mematikan kamera bisa jadi pilihan yang baik jika memungkinkan.
Banyak video conference tools juga punya fitur filter, mungkin kamu bisa memanfaatkannya untuk ini.
Selain itu, kebanyakan aplikasi saat ini punya goal untuk menarik perhatian users. Akan sulit jika kamu membuka banyak tab di browser-mu dan di saat yang sama menghadiri video meeting. Tab ini akan jadi distraksi yang cukup membagi perhatian—dan lagi-lagi, ini melelahkan.
4. Lakukan ice breaking
Ini opsional, tetapi disarankan untuk dilakukan.
Berjam-jam meeting sangat menguras energi. Nah, untuk menyiasatinya, kamu bisa mengajak orang-orang melakukan ice breaking selesai meeting agar suasana lebih nyaman dan santai.
Kamu bisa membuka obrolan ringan atau bermain game bersama. Ini akan membantumu untuk jadi lebih rileks sekaligus bisa lebih dekat dengan rekan kerja.
5. Beralih ke telepon atau email
Tidak semua koordinasi harus kamu lakukan dengan panggilan video.
Jika memungkinkan, alihkan pembicaraan melalui telepon atau email jika kamu merasa pembahasan itu tidak terlalu penting.
Biasanya, orang-orang akan mengerti dan malah merasa lega, karena bisa jadi mereka juga merasa sama.
Ini juga bisa jadi solusi buat kamu yang harus berbicara dengan orang baru. Daripada video call yang bisa jadi terlalu "dekat" atau bahkan membuat tidak nyaman, lebih baik menggunakan telepon.
Intinya, tidak ada salahnya sesekali ganti cara komunikasi kita agar lebih nyaman dan efisien.
6. Catat poin-poin meeting menggunakan pulpen dan kertas
Ketika video meeting, kita cenderung buka banyak tab atau aplikasi untuk mencatat di laptop atau komputer. Namun, hal ini sebenarnya membuatkan kamu lebih cepat lelah.
Layar komputer sudah jadi penyebab kelelahan mata. Belum lagi, jika kamu berganti aplikasi.
Nah, dengan kembali ke cara lama, yaitu menulis catatan dengan pulpen dan kertas, kamu bisa mengurangi penggunaan layar.
Ini juga bisa jadi semacam detoks digital kecil-kecilan di tengah banyaknya kegiatan online.
7. Cek ulang jadwal meeting
Luangkan waktu untuk melihat lagi semua jadwal meeting yang ada. Tanyakan pada diri sendiri, apakah meeting itu diperlukan atau tidak, dan apakah ada alternatif lain selain meeting yang cukup efektif.
Sebelum melaksanakan meeting, pastikan terlebih dahulu apa yang ingin dicapai dari meeting tersebut. Dengan mengerti tujuannya, kita bisa lebih fokus dan efisien.
Kemudian, apa saja yang perlu dibahas di meeting? Mungkin ada beberapa hal yang bisa diselesaikan lewat email atau chat. Dengan begitu, kamu tidak perlu menghabiskan waktu berjam-jam di video meeting.
Dengan memahami Zoom fatigue dan cara mengatasinya, kamu bisa meningkatkan produktivitas tanpa mengorbankan kesehatan mental dan fisikmu. Semoga bermanfaat.
Jangan lupa upload resume di Epicareer dan temukan lowongan pekerjaan impianmu!
Lowongan kerja terpopuler di Indonesia:
SEO Content Writer
Topic tags
Share this article
Related Articles
15 min read
Deskripsi Pekerjaan: Cara Membuat yang Efektif dan Menarik
Deskripsi pekerjaan yang baik adalah kunci sukses rekrutmen! Temukan cara membuatnya menarik dan jelas untuk menarik kandidat yang tepat bagi perusahaanmu.
Posted Sep 19, 2024
15 min read
Background Check: Mengapa Penting dan Bagaimana Melakukannya?
Pelajari cara menyusun deskripsi pekerjaan yang efektif untuk menarik kandidat berkualitas. Deskripsi yang baik adalah langkah awal menuju kesuksesan rekrutmen.
Posted Sep 19, 2024
14 min read
5 Tips Memulai Karier di Digital Marketing Meski Tanpa Pengalaman
Kamu ingin jadi digital marketer, tapi tidak punya pengalaman? Jangan khawatir! Kabar baiknya, dengan pola pikir dan skill yang tepat, kamu bisa berkarier di industri yang dinamis ini. Seiring kemajuan teknologi yang terus membentuk cara bisnis berinteraksi dengan pelanggan, perusahaan semakin banyak berinvestasi di digital marketing. Mereka ingin menjangkau banyak audiens dan tetap kompetitif. Jadi, kamu punya banyak peluang di industri ini, sekalipun kamu baru mulai terjun.
Posted Aug 18, 2024
11 min read
4P Marketing: Teori Mudah dan Tips Penggunaannya
Kamu bisa menganggap 4P sebagai toolkit marketing. Mereka akan membantu kamu berpikir secara terstruktur untuk menjangkau customer dan membuat produk kamu ‘bersinar’ di tengah kompetisi. Artikel ini akan menguraikan pengertian dari setiap komponen beserta contoh nyatanya. Kamu juga akan dikenalkan model marketing lain yang bisa lebih meningkatkan strategi kamu.
Posted Aug 18, 2024
12 min read
8 Langkah Memulai Karier di Digital Marketing
Waktu yang dibutuhkan untuk menjadi seorang digital marketer bervariasi, antara 1-4 tahun. Menyelesaikan gelar sarjana sendiri biasanya membutuhkan waktu sekitar 4 tahun. Namun, kamu bisa mulai mencari pengalaman dan sertifikasi sambil menyelesaikan pendidikan. Pertanyaan selanjutnya, dari mana kamu bisa memulai perjalanan karier sebagai digital marketer? Berikut panduan step-by-step untuk membantu kamu dalam mengawali petualangan di industri digital marketing.
Posted Aug 18, 2024
7 min read
Mau Update dengan Tren Marketing? Wajib Subscribe 10 Newsletter Ini
Berlangganan newsletter bisa membantu kamu tetap update dengan perkembangan marketing yang ada, bermanfaat untuk marketer berpengalaman ataupun masih di entry level. Di artikel ini, kita akan membahas secara mendalam apa itu marketing newsletter, kenapa kamu harus berlangganan newsletter, dan list beberapa newsletter yang nggak boleh kamu lewatkan.
Posted Aug 4, 2024
Share this article